Sebagian besar orang tua masih mengangap bayi obesitas itu lucu, dan justru lebih khawatir jika anaknya tampak lebih kurus. Inilah mengapa sangat jarang orang tua yang berkonsultasi ke dokter mengenai anaknya yang kegemukan. Untuk mengatasi masalah obesitas pada bayi, diperlukan pola diet yang aman agar nutrisi si Kecil tetap terpenuhi.

Obesitas di usia dini

Obesitas pada bayi tidak dapat ditentukan berdasarkan penampakan bayi saja. Diperlukan data objektif seputar berat dan panjang badan untuk menentukan apakah bayi benar-benar mengalami obesitas.

Berat dan panjang badan tersebut kemudian di masukkan ke dalam grafik pertumbuhan bayi WHO 2006 sesuai dengan usia dan jenis kelamin bayi. Dari sanalah ditentukan bagaimana status gizi bayi Anda, apakah obesitas, gizi lebih, normal, gizi kurang, atau gizi buruk.

Itulah sebabnya, Anda perlu ke dokter untuk mengetahui secara pasti kondisi si Kecil mengenai risiko obesitas.

Obesitas pada bayi sebagian besar disebabkan oleh faktor pengaturan pola makan bayi yang salah dan asupan yang berlebihan. Akan tetapi, obesitas di usia dini juga dapat disebabkan oleh kelainan genetik tertentu, seperti sindrom pradder willy. Namun demikian, kondisi ini sangat jarang terjadi.

Sebagai akibat dari obesitas di usia dini, berbagai gangguan kesehatan dapat muncul dan terbawa hingga anak beranjak dewasa. Untuk mengatasinya, pengaturan diet merupakan salah satu pilar penting.

Diet aman untuk bayi yang mengalami obesitas

Perlu ditekankan bahwa pola diet pada bayi tidak seperti diet pada anak yang lebih besar atau dewasa. Bayi membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Apalagi, tiga tahun pertama merupakan periode emas pertumbuhan otak.

Untuk itu, bayi dengan obesitas tidak diharapkan mengalami penurunan berat badan, namun diharapkan agar bertambah panjang badannya. Dengan demikian, proporsi tubuh bayi dapat kembali normal.

Untuk itu, hal yang perlu dilakukan adalah melakukan perubahan pola makan si Kecil. Karena sebagian besar obesitas pada bayi disebabkan oleh over feeding.

Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam pengaturan pola makan bayi dengan obesitas:

  • Berikan ASI ekslusif. Bayi yang mendapat ASI memiliki risiko lebih kecil mengalami obesitas karena komposisi ASI yang sangat sesuai dengan kebutuhan bayi dari waktu ke waktu.
  • Hindari memberikan ASI terlalu sering (setiap jam). Bayi yang frekuensi menyusuinya terlalu dekat akan menggangap ASI sebagai pelepas stres saat mengalami sesuatu yang tidak nyaman. Jadi, atur agar bayi menyusui setiap 2-3 jam sekali, begitu pula jika bayi Anda mendapatkan susu formula
  • Hindari memberikan susu setiap kali bayi menangis. Tangisan bayi belum tentu karena lapar, bisa jadi karena hal lain seperti popok yang basah, kepanasan, bosan, atau ingin digendong.
  • Ajarkan bayi untuk mengelola stres. Ajak si Kecil melepaskan stres atau ketidaknyamanannya dengan hal-hal lain seperti kontak dengan manusia atau mainan, sehingga ia tidak menjadikan susu sebagai pelepas stres.
  • Bayi isap jempol tak selalu lapar. Hilangkan asumsi bayi lapar ditandai dengan menghisap jempol atau berusaha menggigit benda di sekitarnya. Faktanya, bayi memang suka memasukkan benda ke mulut di usia 4 bulan ke atas untuk mengurangi refleks muntah dan merangsang pertumbuhan giginya.
  • Jangan paksakan bayi menghabiskan semua susu yang Anda berikan. Bayi mengetahui berapa banyak kebutuhannya dalam minum susu. Jadi, biarkan saat ia berhenti menyusui dan berikan kembali saat ia menginginkannya.
  • Sebaiknya tidak melebarkan lubang pada puting botol bayi. Hal ini akan membuat susu mengalir terlalu cepat. Berikan susu kepada bayi secara perlahan karena sensasi kenyang baru akan muncul setelah 15-20 menit.
  • Jangan memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sebelum bayi berumur 4 bulan. Sebab, pemberian ASI eksklusif sebaiknya dilakukan selama 6 bulan. Akan lebih baik bila MPASI diberikan setelah usia yang sama.
  • Setelah bayi berusia 6 bulan, berikan makan secara bertahap. Jangan memaksakan bayi untuk menghabiskan semua makanannya, biarkan ia makan sesuai dengan kemampuannya.
  • Hindari makanan manis untuk bayi sebelum usia 12 bulan. Memberikan makanan manis terlalu dini berisiko membuat bayi menjadi pemilih dalam hal makanan.
  • Jangan berikan makanan sebagai hadiah untuk perilaku baik si Kecil. Jika Anda melakukannya, maka si Kecil hanya akan berperilaku baik bila diberi makanan tertentu.

Nah, kini Anda telah mengetahui bagaimana diet yang tepat untuk bayi obesitas. Intinya, pada bayi yang mengalami obesitas tidak diharapkan mengalami penurunan berat badan. Hal terpenting yang diperlukan adalah modifikasi pola makan agar bayi memiliki berat badan ideal ideal seiring pertambahan panjang badannya.

1 komentar:

  1. Up untuk web ini sangat bagus dan sangat membantu.

    ReplyDelete

 
I KNOW 92 © 2017. All Rights Reserved. Powered by Ilqi Ayudya Hidayat
Top