Emotional eating, atau stress eating, merupakan perilaku mengonsumsi makanan secara berlebihan untuk membuat diri merasa lebih baik. Seseorang bisa menghabiskan 1 wadah es krim berukuran ½ liter, atau menghabiskan sendiri 1 loyang pizza karena merasa sedih, bosan, kesepian, atau stres setelah kerja seharian.
Sebenarnya mengapresiasi diri dengan menyenangkan diri bukanlah hal yang buruk. Namun, ketika mengonsumsi makanan menjadi pelarian, Anda akan terjebak dalam siklus yang tidak sehat, dimana perasaan atau masalah yang sebenarnya dialami tidak terselesaikan, tapi justru tubuh Anda yang terancam.
Mungkin mengonsumsi makanan akan membuat Anda merasa nyaman untuk sementara. Namun, rasa bosan, sedih atau kesal yang memicu Anda untuk makan tetaplah belum hilang. Akibatnya, Anda justru akan merasa lebih buruk dari sebelumnya, diakibatkan kalori yang berlebih yang baru saja dikonsumsi.
Dampak emotional eating yang akan Anda alami
Bila Anda sering melakukan emotional eating, mungkin sudah saatnya melakukan perubahan positif. Pikirkan cara yang lebih sehat untuk menangani perasaan Anda, belajar untuk makan lebih sehat dan kontrol berat badan.
Sebab, bila tak segera dihentikan, kebiasaan makan untuk “melarikan diri” ini bisa mengakibatkan berbagai hal sebagai berikut :
1. Adanya perasaan bersalah
Setelah rasa sedih atau bosan berlalu, akan ada perasaan bersalah walaupun hanya sedikit, setelah menyadari bahwa konsumsi makanan yang dilakukan terlalu berlebihan. Perasaan bersalah ini berpotensi menurunkan rasa percaya diri, stres hingga depresi.
2. Mual
Mereka yang cenderung makan ketika merasa stres atau cemas akan merasa nyaman setelah mengonsumsi makanan. Hal ini sering kali berujung pada makan berlebih, sehingga menimbulkan sakit perut atau mual akibat terlalu banyak makanan yang masuk.
Bahkan, Anda masih mungkin merasakan gejalanya beberapa hari setelah mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak pada satu waktu.
3. Munculnya gangguan kesehatan yang berkaitan dengan berat badan
Melakukan emotional eating secara berulang dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan yang berkaitan dengan berat badan. Diabetes, tekanan darah tinggi, lelah berlebihan, merupakan sedikit dari contoh akibat makan berlebih yang Anda lakukan.
Bila otak Anda telah terbiasa dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi, sebagai seorang emotional eater, Anda akan sulit untuk merasa puas dengan makanan yang ada. Hal inilah yang kemudian menyebabkan porsi makan Anda secara tidak sadar akan bertambah dan bisa menyebabkan obesitas.
Tips untuk mencegah emotional eating
Memang tak mudah untuk mengontrol diri saat kondisi psikologis sedang tidak stabil. Itulah sebabnya sebagian besar orang pun menggunakan makanan sebagai cara untuk membuat perasaan lebih tenang. Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat Anda coba untuk mengatasinya, sesuai dengan kondisi yang Anda alami.
1. Depresi atau kesepian
Teleponlah seseorang yang selalu membuat Anda merasa lebih baik, bermainlah dengan hewan peliharaan, atau lihatlah foto-foto favorit Anda dan sejenak bernostalgia mengingat masa-masa yang menyenangkan.
2. Cemas
Alihkan perhatian Anda dengan menari menggunakan lagu favorit atau sekadar mendengarkannya, bermain dengan stress ball, atau jalan-jalan di sekitar rumah.
3. Bosan
Bacalah buku yang menarik, menonton film komedi, berpetualang di alam bebas, atau lakukan aktivitas lainnya yang Anda gemari.
4. Terlalu lelah
Manjakan diri Anda dengan berendam, pergi ke salon, menyalakan lilin yang mengandung parfum, atau beristirahatlah dengan selimut yang hangat.
Emotional eating kerap dilakukan untuk membuat perasaan lebih tenang atau bahagia. Namun, dengan berbagai dampak yang akan menyerang seperti telah dijelaskan di atas, Anda harus segera menghentikan kebiasaan yang berbahaya ini. Buatlah komitmen untuk berhenti melakukannya, demi kesehatan diri Anda sendiri.
Up untuk web ini sangat bagus dan membantu banget.
ReplyDelete